View (34)
Kelurahan Alalak Selatan, Kecamatan Banjarmasin Utara, Kota Banjarmasin, Provinsi Kalimantan Selatan meraih penghargaan Asian Townscape Awards (ATA) 2019 United Nations (UN) Habitat Regional Office Asia dan Pasifik bekerja sama dengan Fukuoka Asian Urban Research Center, Asian Habitat Society, dan Asia Townscape Design Society. Penghargaan tersebut diserahkan di Technological and Higher Education Institute of Hongkong, pada Sabtu (23/11), kepada perwakilan Tim Fasilitator 21 Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku), sebagai tim pendamping peningkatan kualitas permukiman kumuh di Alalak Selatan. ATA adalah penghargaan yang diperuntukan bagi kota, wilayah atau proyek yang berperan dalam menciptakan kawasan lingkungan hidup ramah, membahagiakan, dan memuaskan penghuninya.
Kelurahan Alalak merupakan salah satu lokasi dampingan Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) yang berada di bawah naungan Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP), Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh di Alalak Selatan dilaksanakan pada 2018 dengan melibatkan semua pihak: masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, bahkan lembaga donor Bank Dunia.
Dalam acara penyerahan penghargaan ATA, banyak pihak mengapresiasi penanganan kumuh yang lakukan oleh Program Kotaku karena pendekatan yang diambil adalah penanganan kumuh berbasis masyarakat. Alalak Selatan dinilai mampu menyelesaikan permasalahan kumuh secara numerik, bahkan mengubah wajah kawasan dengan melibatkan banyak pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta di lingkungan permukiman tersebut.
Perencanaan program juga berbasis masyarakat, dengan proses dari konsep kegiatan yang dilaksanakan bersumber dari keinginan masyarakat sendiri, yang tentunya kental dengan kearifan lokal. Konsep desain penataan pada kawasan kumuh di RT 07 Alalak Selatan sudah dimiliki oleh masyarakat melalui Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP). Kesiapan masyarakat dalam tahap perencanaan memuluskan jalannya kegiatan showcase Alalak Selatan ini, mulai dari detail rencana desain, pelaksanaan kegiatan sampai kesiapan masyarakat dalam memeliharanya.
Konsep besar yang dimiliki masyarakat adalah menjadikan Sungai Jeruju sebagai bagian dari rangkaian objek “Wisata Susur Sungai” di Banjarmasin, karena lokasinya berdekatan dengan lokasi Pasar Terapung di Sungai Barito. Yang menjadi daya tarik adalah kawasan permukiman Sungai Jeruju, tepatnya di RT 07, menampilkan desain permukiman yang dibuat konsep lebih mendetail, yaitu melebarkan kembali Sungai Jaruju, membuat jalur pembatas multifungsi antara rumah dengan sungai, sekaligus membuatkan sarana sanitasi layak. Rumah-rumah yang dahulu meletakkan dapur di atas sungai itu dimundurkan sesuai lebar sungai yang ideal, kemudian dibangun jalan titian yang membatasi antara rumah dengan sungai. Jalan titian ini kemudian menjadi jalan penghubung antarrumah, bahkan ruang publik multifungsi tempat interaksi sosial. Pelebaran sungai juga memperlancar akses perahu kecil yang masih digunakan masyarakat setempat untuk melintasi Sungai Jeruju.
Delegasi dari Bangladesh dan Filipina juga tampaknya sangat tertarik dengan Showcase Alalak Selatan, karena mereka memiliki beberapa kesamaan permasalahan. Banyak hal yang bisa dipetik dan ditularkan dari acara tersebut, salah satunya adalah pentingnya mewujudkan kota yang ramah dan membahagiakan penghuninya, inklusif (untuk semua), serta pembangunan berkelanjutan. Untuk mewujudkannya diperlukan usaha bersama segenap elemen bangsa. [nuradhayuda/ninarazad/Kalsel]Kelurahan Alalak merupakan salah satu lokasi dampingan Program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) yang berada di bawah naungan Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP), Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pelaksanaan peningkatan kualitas permukiman kumuh di Alalak Selatan dilaksanakan pada 2018 dengan melibatkan semua pihak: masyarakat, pemerintah pusat, pemerintah daerah, bahkan lembaga donor Bank Dunia.
Dalam acara penyerahan penghargaan ATA, banyak pihak mengapresiasi penanganan kumuh yang lakukan oleh Program Kotaku karena pendekatan yang diambil adalah penanganan kumuh berbasis masyarakat. Alalak Selatan dinilai mampu menyelesaikan permasalahan kumuh secara numerik, bahkan mengubah wajah kawasan dengan melibatkan banyak pihak, baik pemerintah, masyarakat, maupun swasta di lingkungan permukiman tersebut.
Perencanaan program juga berbasis masyarakat, dengan proses dari konsep kegiatan yang dilaksanakan bersumber dari keinginan masyarakat sendiri, yang tentunya kental dengan kearifan lokal. Konsep desain penataan pada kawasan kumuh di RT 07 Alalak Selatan sudah dimiliki oleh masyarakat melalui Rencana Penataan Lingkungan Permukiman (RPLP). Kesiapan masyarakat dalam tahap perencanaan memuluskan jalannya kegiatan showcase Alalak Selatan ini, mulai dari detail rencana desain, pelaksanaan kegiatan sampai kesiapan masyarakat dalam memeliharanya.
Konsep besar yang dimiliki masyarakat adalah menjadikan Sungai Jeruju sebagai bagian dari rangkaian objek “Wisata Susur Sungai” di Banjarmasin, karena lokasinya berdekatan dengan lokasi Pasar Terapung di Sungai Barito. Yang menjadi daya tarik adalah kawasan permukiman Sungai Jeruju, tepatnya di RT 07, menampilkan desain permukiman yang dibuat konsep lebih mendetail, yaitu melebarkan kembali Sungai Jaruju, membuat jalur pembatas multifungsi antara rumah dengan sungai, sekaligus membuatkan sarana sanitasi layak. Rumah-rumah yang dahulu meletakkan dapur di atas sungai itu dimundurkan sesuai lebar sungai yang ideal, kemudian dibangun jalan titian yang membatasi antara rumah dengan sungai. Jalan titian ini kemudian menjadi jalan penghubung antarrumah, bahkan ruang publik multifungsi tempat interaksi sosial. Pelebaran sungai juga memperlancar akses perahu kecil yang masih digunakan masyarakat setempat untuk melintasi Sungai Jeruju.
Delegasi dari Bangladesh dan Filipina juga tampaknya sangat tertarik dengan Showcase Alalak Selatan, karena mereka memiliki beberapa kesamaan permasalahan. Banyak hal yang bisa dipetik dan ditularkan dari acara tersebut, salah satunya adalah pentingnya mewujudkan kota yang ramah dan membahagiakan penghuninya, inklusif (untuk semua), serta pembangunan berkelanjutan. Untuk mewujudkannya diperlukan usaha bersama segenap elemen bangsa. [Nur Adha Yuda/Nina Razad/Kalsel]