LOADING

Lihat Berita

Kampung Tepi Air Untia, Berbenah demi Kekinian

By  / Jumat, 14 Juni 2019

View (61)

Image

Keberadaan Kampung Nelayan Untia memang sudah sejak awal direncanakan sebagai wilayah relokasi nelayan bagi nelayan dari Pulau Lae-Lae. Sesuai rencara penataan, lantaran itulah bangunan rumah diletakkan secara teratur membentuk pola linier. Setiap rumah berdiri di atas kavling sebagai bangunan tunggal yang memiliki ruang bebas terhadap bangunan di sebelahnya. Ditinjau dari keteraturan perletakan bangunan, total bangunan yang ada masih sesuai dengan desain awal.

Direktorat Jenderal Cipta Karya melalui Satuan Kerja Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) Strategis telah menyusun Perencanaan dan Masterplan Kampung Untia Makassar sebagai pedoman pembangunan pada Tahun Anggaran 2017-2018 pada 2017. Pelaksanaan pembangunan di Kampung Untia yang dianggarkan sebesar Rp 47.124.770.000 dimulai pada 16 Mei 2017, yang dilaksanakan dalam 572 hari kalender pelaksanaan dan 180 hari kalender pemeliharaan.

Penataan yang dilakukan memang cukup kompleks. Pekerjaan turap dan kanal sepanjang 3.602 meter, misalnya, dan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Bio-Filter Komunal sebanyak 24 unit. Untuk pekerjaan pembangunan jalan dan penerangannya, ada perbaikan jalan utama di samping kanal dengan konstruksi paving block sepanjang 8.744,4 meter persegi. Selanjutnya ada pekerjaan jalan lingkungan menuju dermaga sepanjang 2.216,52 m² yang ditambah pekerjaan dermaga sepanjang 91, 3 meter plus penerangan jalan umum sebanyak 32 unit.

Air bersih dan ruang terbuka hijau (RTH) juga menjadi perhatian penataan di Kampung Untia. Untuk air bersih ada rumah utilitas seluas 150 m², enam unit menara air, dan sistem pipa penyaluran air bersih sebanyak 44 titik. Pembangunan RTH pun ditempatkan di sejumlah titik, seperti di sisi kanal seluas 133,81 m², RTH kantong parkir seluas 966,8 m², RTH buffer zone seluas 3.480 m², serta penanaman pohon di RTH dermaga sebanyak 49 buah.

Penataan Kampung Nelayan Untia menjadi satu langkah nyata bahwa tak selamanya permukiman di tepi air akan selalu kumuh. Bahkan bukan tak mungkin, menjadi areal target wisata nusantara.

Share :